Trauma & PTSD memiliki efek yang nyata pada sistem saraf. Gejala PTSD bisa sangat melemahkan, dan dapat mencakup kilas balik, mimpi buruk, kecemasan, dan depresi. Trauma juga dapat menyebabkan masalah dengan memori dan konsentrasi, serta membuat sulit untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Ini karena PTSD dan trauma dapat menyebabkan perubahan pada otak dan sistem saraf itu sendiri. Hipokampus, yang bertanggung jawab untuk memori, bisa menyusut ukurannya. Amigdala, yang bertanggung jawab untuk rasa takut dan kecemasan, bisa menjadi lebih aktif.
PTSD dan trauma juga dapat mempengaruhi sistem saraf dengan cara lain. Sistem saraf otonom, yang mengontrol hal-hal seperti detak jantung dan tekanan darah, bisa menjadi tidak teratur. Ini dapat menyebabkan masalah seperti insomnia, sakit kepala, dan masalah pencernaan.
Olahraga, bermain, dan ketenangan semuanya membantu dalam mengatur kembali sistem saraf setelah trauma atau PTSD, karena praktik-praktik ini berfungsi untuk memperkuat Rem Vagal. Saraf vagus adalah saraf kranial terpanjang di tubuh dan bertanggung jawab untuk banyak hal, termasuk detak jantung, pencernaan, dan kekebalan. Ketika saraf vagus berfungsi dengan baik, ia membantu menjaga tubuh dalam keadaan homeostasis, atau keseimbangan.
Ada juga banyak terapi yang dapat membantu mengatur kembali sistem saraf setelah trauma, termasuk EMDR, CBT, dan yoga. Terapi-terapi ini dapat membantu mengatasi gejala PTSD dan trauma, serta membantu mengubah cara otak dan sistem saraf merespons stres.
Akhirnya, penting untuk memastikan bahwa Anda merawat diri sendiri. Ini berarti mendapatkan cukup tidur, makan makanan yang sehat, dan menghindari obat-obatan dan alkohol. Merawat diri sendiri akan membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan fungsi sistem saraf Anda.
Andrew adalah Co-CEO di NEUROFIT, lulusan Caltech dengan 10 tahun pengalaman di bidang teknologi + produk yang menyentuh jutaan kehidupan di NASA, Snapchat, Headspace, Yale's Center For Emotional Intelligence, dan startup kesehatan miliknya.
Setelah menghadapi dua dekade stres kronis, burnout, dan C-PTSD, ia meluncurkan NEUROFIT untuk menyediakan solusi yang efektif, berbasis data, dan mudah diakses untuk tantangan ini.